BUDAYA MENGANTRE
By Galatia Chandra
Author of Hacking Your Mind book
Bicara soal “Mengantre” maka di Inggris mereka mengatakan: Queuing is a British Way! Tidak ada di dunia ini yang mengalahkan Etika mengantre bangsa Inggris. Di pertandingan Tenis lapangan di Wimbledon, ribuan orang yang ingin menonton final tersebut mengantre membentuk satu garis dengan tertibnya. Barangkali kalau ada yang tidak tertib itu adalah Mr. Beans.
Seorang guru di daerah common wealth lainnya yaitu Australia pernah berkata demikian: “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak SD kami tidak pandai Matematika. Namun kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak mempunyai etika dalam hal mengantre.”
“Sewaktu ditanya mengapa begitu?”
Inilah jawaban guru tersebut:
- Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara untuk mengajarkan dan mengubah tabiat seseorang untuk mengantre, kita perlu melatih anak tersebut bahkan hingga 12 tahun atau lebih.
- Tidak semua anak nantinya akan mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan pelajaran matematika yang ruwet-ruwet. Sebagian besar mereka sesungguhnya hanya perlu mengetahui tentang TAMBAH, KURANG, KALI & BAGI. Karena mereka pada akhirnya berakhir dengan menjadi penyanyi, Musisi, Penari, dll. Akan tetapi semua orang butuh ETIKA.
”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRE?”
”Oh, banyak sekali!,” jawab guru tersebut.
- Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantre paling depan datang & persiapan lebih awal.
- Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba.
- Anak belajar menghormati hak orang lain & disiplin untuk tidak menyerobot hak orang lain. Apalagi hak tersebut adalah hak orang cacat dan hak orang lanjut usia.
- Anak belajar kreatif untuk mengatasi bosan saat antre (di Jepang orang baca buku saat antre, di Singapura mereka mendengarkan musik saat antre).
- Anak belajar sosialisasi menyapa & mengobrol dengan orang lain saat di antrean.
- Anak belajar tabah & sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
- Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat mereka harus menerima konsekuensinya yaitu berada di antrean belakang.
- Anak belajar disiplin, teratur, dan rapi.
- Anak belajar memiliki BUDAYA RASA MALU jika ia menyerobot antrean & hak orang lain.
Dan masih banyak lagi alasan lain.
Mari ajarkan budaya "Menunggu" pada anak kita! Sebab banyak pelajaran berharga di balik "MENUNGGU"
Kejadian yang paling sering terjadi penyerobotan adalah saat menunggu di Lift. Orang Indonesia biasanya tidak sabar. Tidak peduli siapa yang lebih dahulu tiba di depan pintu Lift. Mereka hanya berpikir bahwa mereka harus segera naik, tanpa peduli siapa yang sesungguhnya sudah datang lebih dahulu. Malahan mereka tidak mau mengalah pada orang tua dan cacat dan tidak mau mendahulukan mereka saat mengantre. Sikap moral seperti ini adalah menunjukkan sikap miskin ETIKA dan kurang beradab.
Bagaimana saat mengemudi di jalan raya? Apakah orang Indonesia cukup sopan untuk mengantre dengan teratur? Pernah melihat korban bencana nuklir Fukushima Jepang? Bagaimana tertibnya mereka ketika harus mengantre makanan? Itulah BUDAYA Etika yang luar biasa.
Kata “QUEUE” dalam Bahasa Inggris yang artinya menunggu adalah kata yang unik. Sekalipun 4 huruf di belakang Q dibuang satu persatu, bunyi yang dihasilkan dari huruf tersebut tetap sama atau tidak berbeda dari kata lengkap Queue tersebut. Budaya menunggu tidak harus melihat orang lain. Sekalipun kita sendiri yang masih mempunyai ETIKA NORMAL sedangkan yang lainnya tidak. Biarkanlah sebab sikap kita mencerminkan siapa kita. Sedangkan sikap mereka mencerminkan siapa mereka.
“An Englishman, even if he is alone, forms an orderly queue of one.” George Mikes
Menyerobot antrean adalah tindakan Miskin ETIKA yang harus dijauhi. Ingatlah itu.
Have a GREAT day! GC
._
@grupWA, 16072019
0 Komentar