Bisnis NFT = Bisnis Monyet?

\Sebelumnya, agar tidak salah paham, saya perlu menyampaikan bahwa saya tidak menyalahkan NFT sebagai "benda" atau "teknologi". Dari yang saya pelajari, NFT merupakan sebuah teknologi canggih yang sangat bermanfaat, luar biasa, dan perlu kita apresiasi.

Yang saya permasalahkan adalah bisnis jual beli NFT-nya.

Maksudnya bagaimana?

Begini:

Agar lebih mudah dipahami, saya akan memulai tulisan ini dengan sebuah CERITA ILUSTRASI tentang bisnis monyet, alias MONKEY BUSINESS.

Jadi di sebuah desa terpencil, hiduplah ribuan ekor monyet di hutan liar. Penduduk desa tidak pernah tertarik pada monyet, karena bagi mereka monyet adalah hewan yang tidak ada gunanya. Jadi mereka membiarkan monyet-monyet tersebut berkeliaran di tengah hutan.

Suatu hari datanglah seorang pedagang kaya ke desa tersebut. Dia menjumpai penduduk dan berkata, "Kenapa kalian membiarkan monyet-monyet itu berkeliaran bebas di hutan liar? Apa kalian tidak tahu, monyet bisa laku 50 ribu per ekor jika dijual ke kota?"

Penduduk desa tentu saja kaget mendengar info itu. Monyet ada harganya? Wah ... baru tahu nih!

Maka penduduk pun segera memburu monyet ke dalam hutan. Mereka menangkapinya, lalu dijual ke pedagang kaya, mendapat bayaran 50 ribu per ekor.

Sepekan kemudian, si pedagang kaya datang lagi dan berkata, "Harga monyet sekarang naik jadi 100 ribu per ekor."

Para penduduk pun makin semangat untuk menangkapi monyet dan menjualnya ke pedagang kaya.

Pekan demi pekan pun berlalu. Harga monyet semakin naik. Dari 100 ribu menjadi 500 ribu, naik lagi jadi 1 juta, lalu 2 juta, 3 juta ... hingga akhirnya Rp4 juta per ekor.

Para penduduk pun makin semangat menangkapi monyet dan menjualnya.

Namun karena jumlah monyet sangat terbatas, akhirnya "stok" pun habis. Seluruh monyet di hutan liar telah habis terjual.

Para penduduk jadi bingung, terutama karena si pedagang kaya menginformasikan bahwa harga monyet saat ini adalah Rp5 juta per ekor.

"Silakan kalian cari monyet ke desa lain. Kan lumayan, harganya kini 5 juta," ujar si pedagang.

"Oh ya," lanjutnya, "Saya besok mau pergi ke luar kota. Nanti kalau saya balik, semoga sudah ada monyet yang bisa saya beli dari kalian. Rp5 juta per ekor."

Lalu si pedagang pun pergi. Setelah itu, seorang asistennya mendatangi para penduduk dan berkata, "Saya punya banyak stok monyet nih. Coba kalian beli. Harganya Rp3 juta per ekor. Nanti kalau bos saya balik ke sini, kalian jual 5 juta. Kan lumayan, untung 2 juta per ekor."

Para penduduk sangat tergiur mendengar ucapan itu. Mereka pun ramai-ramai membeli monyet dari si asisten.

Yang punya uang tentu bisa langsung membelinya. Yang tidak punya uang, mereka terpaksa jual tanah, jual kendaraan, bahkan jual rumah, agar bisa membeli monyet-monyet tersebut.

Dalam waktu singkat, monyet-monyet tersebut pun ludes terjual.

Setelah itu, si asisten pergi, tak pernah kembali lagi. Si pedagang kaya pun tidak pernah muncul lagi di desa tersebut.

Maka para penduduk pun NANGIS DARAH. Sebab mereka kini memiliki banyak "stok" monyet, tetapi tidak jelas apa manfaatnya. Mau dijual pun, tidak ada yang beli.

Monyet kembali menjadi hewan yang tidak ada harganya, sama seperti sediakala.

* * *

Nah, inilah gambaran untuk bisnis NFT, atau bisnis uang crypto secara umum.

Ini juga gambaran untuk bisnis batu akik, bisnis pohon janda bolong, dan sebagainya, atau bisnis-bisnis sejenis yang dahulu sempat booming.

Benda yang sebenarnya "tidak berharga", tetapi bisa terjual dengan harga jutaan hingga miliaran. Kok bisa? Ya, karena ada "aktor" yang menjalankan strategi BISNIS MONYET.

Banyak pengamat bisnis yang berkata, bahwa foto-foto selfie Gozhali yang laku sampai miliaran rupiah, itu merupakan SETTING-AN belaka. Tujuannya adalah agar masyarakat beramai-ramai membeli NFT. Dan tanpa sadar, mereka terjebak pada permainan BISNIS MONYET.

Nah, Anda tentu tahu, kan? Uang crypto itu harganya sangat fluktiatif. Pernah harganya sangat tinggi, hingga sempat muncul istilah "bitcoin to the moon", namun pernah juga harganya anjlok sangat rendah.

Banyak orang berkata, "Harga emas juga fluktuatif, kok. Sering naik turun."

Ya, benar. Tetapi coba kita bandingkan antara uang crypto dengan emas:

Uang crypto hanya laku di komunitas tertentu. Dan benda yang sifatnya seperti ini, akan mudah dipermainkan oleh bandar di komunitas tersebut.

Berbeda dengan emas. Ia bisa dijual di mana pun. Laku di mana-mana. Sehingga tidak ada orang yang bisa mempermainkan harganya.

Nah itulah bedanya.

Dan bukan hanya crypto. Judi trading dan forex pun punya sifat yang lebih kurang sama.

Bahkan ada yang lebih gila, yakni TRADING EMAS. Ini bukan bisnis jual beli emas, tetapi jual beli NILAI EMAS. Fisik emasnya tidak ada.

Benar-benar gila, bisnis di akhir zaman ini ....


Semoga kita semua bisa waspada dan terhindar dari bisnis-bisnis aneh seperti itu.

._

@gw, 23012022

Posting Komentar

0 Komentar