Dokter Papi

Saya sangat dekat dengan Papi, di mana pun Papi berada maka saya akan usahakan berada didekatnya, makan, duduk-duduk, ngopi-ngopi keluar, makan bubur, ke mana saja Papi pergi pasti saya akan temani namun setelah saya hampir 20 tahun di Jakarta saya sudah jarang ngobrol dan bersama-sama dengan Papi.

Kehidupan saya sebagai dokter banyak terinspirasi dari Papi. Saya ingat zaman saya kecil dahulu (SD/ SMP), saya sering menemukan banyak hasil ladang seperti salak 2 karung atau rambutan atau ikan Mas hidup-hidup dalam 1 plastik gede banget, beras berkarung-karung, sayuran  berbagai macam dan lainnya di dapur. Saya lalu tanya ke mami, "Dari mana ini Mi?" Jawab mami, "Dari pasien Papi yang tak sanggup bayar jadi ini ucapan terima kasih mereka, hasil sawah dan ladangnya dikirim ke sini ...." Waktu itu saya belum mengerti jadi saya hanya manggut-manggut saja

Suatu hari, saat saya sedang duduk-duduk (tahun 2014)  depan TV dengan Papi, telepon berbunyi dari perawat RS, saya dengar Papi menjawab, "Ya sudah, naikkan saja, bilang sama admin dr. TH tanggung jawab."  Saya lalu tanya, "Kenapa Pi?" "Ada pasien mau operasi, sudah ditunggu-tunggu ambil uang, katanya di kampung tapi sampai sekarang  tak ada uang sepeser pun untuk DP jadi Papi bilang aja Papi yang tanggung jawab DP-nya supaya bisa dia sekarang dinaikkan ke kamar operasi, bentar lagi Papi pergi ya operasi," katanya.

Saya tanya lagi, "Kalau tak ada uangnya bayar DP bagaimana? Uang operasi bagaimana?"  "Sudah ... mau bagaimana lagi gratislah (kata Papi dengan entengnya) berarti Tuhan suruh Papi yang bayar." kata Papi santai ... saya dengarnya diam saja tetapi saya KESAL BANGET mendengarnya ... masa orang kerja tak dihargai? Pikiran saya waktu itu ....

Tak berapa lama telepon berbunyi lagi, dari perawat ruangan  yang lain mengatakan bahwa pasien ada yang tak bisa pulang dan nangis-nangis karena tak mampu bayar biaya operasi dan RS. Papi lalu menjawab, "Gratiskan saja honor saya ya ... kalau honor saya gratis cukup uangnya bayar biaya RS?"  Tak lama Papi menutup telepon.

Saya yang kesel makin kesel dengernya ... saya langsung bilang, "Itulah Papi ... Papi ini dimanfaatkan orang ... sering kali Papi gratisin orang ... gampang banget bilang gratis ... Papi tahu ini MODUS ya Pi, jadi orang-orang tinggal akting saja di depan Papi ... nangis-nangis, pura-pura tak ada uang dan dengan entengnya Papi bilang gratis ... enak saja mereka .... entah di kampung kayanya mereka punya sawah atau ladang ... di dunia ini pipis saja bayar Pi ... masa uang operasi berapa juta Papi sering banget gratiskan orang? Jutaaan looohh Pi bukan ratusan ribuuu!”

Saya sangat emosi saat itu karena sepulangnya saya dari Jakarta, saya sudah sering mendengar dari perawat tentang Papi "kalau miskin tak mampu bayar operasi datang saja ke dr. TH ... nangis-nangis saja dan sedih ... langsung digratiskan dan bahkan dikasih ongkos untuk pulang"  saya yang dengarnya kesal banget dan menganggap Papi itu dimanfaatkan orang ... sehingga saya sering banget protes akan tindakan Papi itu

Dengan entengnya Papi jawab, "Kalau dia bilang dia miskin dan tak sanggup bayar mau kita apakann? Masa kita suruh dia jual rumah untuk bayar operasi? Habis operasi dia ke kolong jembatan? Atau tak makan gara-gara operasi? Atau berantam dia sama istrinya gara-gara tak mampu bayar uang operasi?"

"Kalau dia pura-pura Pi? Bilang miskin padahal bohong??” Jawab Papi, "Maka terjadilah sesuai imannya ... dia akan jadi miskin betulan."  Saya langsung TERDIAM mendengarnya ....

Papi melanjutkan, "Tak apa-apa Grace kita dibohongi orang ... Tuhan tahu kok, Tuhan tak bodoh ... kalau dia bohong itu tanggung jawab dia sama Tuhan tetapi tanggung jawab Papi sama Tuhan sebagai dokter selesai," dan lanjutnya, "Kalian kan tak minta-minta kan? Kalian cukup kan hidup? Kalian semua sekolah kan?? Kalian masih bisa makan kan? Kalian tak kekurangan kan? Jangan kita menjadi sindrom air laut," kata Papi

"Apa sindrom air laut?" Tanyaku.

"Itu adalah sindrom orang kaya, semakin seseorang itu kaya maka dia akan haus akan kekuasaan dan jabatan sehingga berapa banyak pun uangnya dia tidak akan merasa cukup! Coba kalau kamu haus kamu minum air laut, maka kamu akan tetap haus ... tidak akan pernah puas rasa hausmu sehingga kita pengen minum dan minum lagi ... itu lah namanya sindrom air laut.  Sindom air laut juga sering terjadi pada orang kaya yang pelit ... pernah lihat orang kaya tapi pelit?”

Iya Pi, sering jawabku ..., makanya aku heran kok kaya tapi pelit?"

"Yah itu ... karna sindrom itu, semakin kaya dia merasa semakin tak punya duit jadi dia terobsesi mengumpulkan nilai uangnya sehingga semakin dia kepalkan tangannya untuk memberi dengan harapan tumpukan hartanya akan semakin banyak dan akan memberi kepuasan pada dia ... harapannya kekayaannya akan memberi kepuasan batin dan kebahagiaan pada dia padahal sekali pun dia menjadi orang terkaya di dunia ... yang memberi dia kepuasan dalam hidup hanya 1, yaitu TUHAN jadi tak guna Grace kita banyak duit tapi tak pernah berbagi," kata Papi.

"Pernah kamu lihat sungai yang airnya tak mengalir? Bagaimana airnya?"
"Kotor Pi, banyak sampah, kataku, dan bau."

Itulah hidup kita kalau tak pernah berbagi, kotor dan bau ... karena kita hanya pandai menerima aliran dari setiap sungai namun kita tumpuk di kita ... akhirnya semua sampah/kotoran akan nempel di kita seperti sungai yang tidak mengalir itu.

Papi operasi dahulu yaa." katanya sambil pergi di pukul 10 malam ... saya diam dan merenung ... betapa ikhlasnya Papi melakukan operasi di pukul 10 malam yang dia tahu dia tidak akan dibayar malam itu ....

Setelah kepergian Papi ke Surga, saya baru sadar ternyata Tuhan ganti semua kebaikan Papi terhadap ornag-orang tersebut dengan berkat kepada saya sehingga pada waktu saya pertama kali ke kota Siantar dan praktik pertama kalinya begitu banyak orang yang langsung mengenal saya dan cocok berobat pada saya ... ternyata itu karena Papi dan Tuhan.

Hukum tabur Papi dituai oleh kami anak anaknya ... dari situ saya belajar bagaimana menjadi dokter dan bagaimana menghadapi hidup ... prinsip saya berusahalah berbuat baik walau itu sulit namun walau tidak buahnya kamu yang makan maka nanti kelak anakmu yang akan menikmatinya seperti kami sekarang menikmati buah buah yang dahulu Papi tabur di mana-mana.

Salam,
Grace Natalia Simatupang

._
@grupWA, 31052019

Posting Komentar

0 Komentar