Pita Kuning Pohon Oak

☝🏼☝🏼☝🏼☝🏼☝🏼

Renungan Pengampunan:

MENGAMPUNI SUAMI YANG TERHILANG


Tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika.


Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya.

Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik.

Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan istrinya.


Satu malam sang suami memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York.

Dia mencuri uang tabungan istrinya, lalu bergegas naik bus menuju ke utara, ke kehidupan yang baru.


Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. 

Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Seks, judi, mabuk-mabukan, dia menikmati semuanya.


Bulan berlalu, tahun berlalu, bisnisnya gagal dan ia mulai kekurangan uang.

Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang.


Nahas, suatu saat dia tertangkap. 

Polisi menjebloskannya ke dalam penjara dan pengadilan menghukumnya 3 tahun penjara.


Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. 

Dia merindukan istrinya. 

Dia rindu keluarganya. 


Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia.

Bahwa dia masih mencintai istri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali.


Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis:


Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku, namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?

Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon oak yang berada di pusat kota.

Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa.

Aku akan tahu dan mengerti.

Aku tidak akan turun dari bus dan akan terus menuju Miami.

Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi mengganggumu dan anak-anak seumur hidupku.


Akhirnya hari pelepasannya tiba.

Dia sangat gelisah.

Dia tidak menerima surat balasan dari istrinya.

Dia tidak tahu apakah istrinya menerima suratnya atau jika istrinya membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya?


Dia naik bus menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak.

Dia betul-betul gugup.

Di sampingnya ada yang memperhatikan tingkah dia.


“Kamu kenapa? Kelihatannya kamu begitu tegang.” kata seorang pria yang duduk di sampingnya. 


Spontan ia menoleh dan matanya mulai berkaca-kaca. Ia lalu menceritakan kisahnya sejak ia menikah dan saat ia memperlakukan istri dan anaknya.


Seisi bus terharu mendengar ceritanya.


Beberapa penumpang bus bahkan meminta sopir bus untuk berjalan perlahan-lahan.

“Pak Sopir, tolong pas lewat White Oak jalannya pelan-pelan saja.

Kita mesti lihat apa yang akan terjadi .…”


Hatinya berdebar-debar saat bus mendekati pusat kota White Oak dan para penumpang pun seakan ikut tidak berkedip untuk menyaksikan hal itu.

Ia sendiri tak berani mengangkat kepalanya, mukanya ditutupi dengan kedua tangannya karena ia begitu terasa tegang.

Keringat dingin mengucur deras, bajunya pun terlihat basah.


“Lihat … di sana banyak pita kuning yang menutupi setiap pohon.” seru seorang penumpang.


Seketika pria itu langsung melihat yang ditunjukkan oleh seorang penumpang.

Matanya berkaca-kaca dan tanpa terasa air matanya mengalir.


Dia tak melihat sehelai pita kuning …

Tidak ada sehelai pita kuning ….

Tiada sehelai …


Melainkan ada 100 lebih helai pita-pita kuning bergantungan di pohon oak itu …

Pohon itu seakan dipenuhi pita kuning …!


Ketika turun di halte, ternyata seluruh keluarga besar istrinya telah menunggu di pohon oak itu dengan anaknya.

Melihat ia disambut dengan istri dan anaknya serta keluarga besar istrinya, hatinya makin tak kuasa ‘tuk menahan haru.


Ia lalu berjalan menghampiri mereka.

Anaknya pun berlari sambil memanggil ayah dan ia pun memeluk ayahnya.

Istrinya menyusul dan untuk menjemput suaminya.

Ia bisa lega hatinya karena istrinya bukan hanya mengampuni tetapi juga mau memberikan maaf untuknya.


Sang sopir langsung menelepon surat kabar dan menceritakan kisah ini.


Kemudian lahir lagu Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree.

Lagu ini ditulis oleh: Irwin Levine dan L. Russell Brown.


Mencapai nomor 1 di USA dan lagu Inggris selama bulan April 1973 dan nomor 1 di tangga lagu Australia selama 7 minggu dari Mei-Juli 1973.


 Sobatku ...


Kisah ini mirip seperti Anak Bungsu yang terhilang, ketika dia pulang disambut oleh Bapaknya.

Ada pengampunan bagi orang yang mau bertobat.


Kasih-Nya begitu besar, jangan di-sia-sia-kan.

Salam damai sejahtera

,_
@GWA, 02062020

Posting Komentar

0 Komentar