Ada Apa dengan Putri Bossana?

Di suatu kota, hiduplah satu keluarga kecil yang bahagia. 

Sepasang suami istri dengan putri tunggalnya, Emilia yang berusia 12 tahun.

Suatu hari Emilia disuruh ayahnya untuk berbelanja barang di toko milik seorang saudagar kaya yang terkenal pelit. 

Biasanya Emilia dengan senang hati melakukannya, tetapi kali ini ayahnya tidak mempunyai uang dan Emilia harus berutang kepada pemilik toko itu. 

Emilia sebenarnya takut, tetapi dia menjalankan perintah sang ayah.

Tiba di toko tersebut, jantung Emilia berdetak kencang, takut jika tidak boleh berutang dan jika dia sampai dihina dan dimaki. 

Emilia pernah melihat bagaimana teman-temannya diperlakukan saat mereka memohon untuk berutang. 

Pemilik toko berkata, "Apakah pantas kalian diberi utang? Coba dahulu bercermin yah." 

Kata-kata pedas itu begitu membekas dalam ingatan Emilia.

Saat barang belanjaannya sudah dia masukan ke dalam keranjang, Emilia segera menuju ke kasir. 

Dengan suara perlahan Emilia berkata, "Saya ingin membeli semua barang belanjaan ini, tetapi saya tidak membawa uang dan ingin berutang dahulu."

Kasir melihat Emilia dengan muka tidak bersahabat. 

Pembeli lain yang berdiri di belakangnya juga menampakkan muka sinis kepada Emilia. 

Kasir tersebut berkata dengan ketus, "Kalau tidak membawa uang, mengapa datang berbelanja?" 

Emilia tertunduk dan malu sekali mendapat cemoohan seperti ini.

Kasir, "Saya tidak yakin dapat memenuhi keinginanmu, Adik kecil. Tetapi, sebentar, saya mau bertanya dahulu kepada Bos saya, pemilik toko ini." 

Kasir tersebut menelepon pemilik toko. 

Tidak berapa lama keluarlah pemilik toko, kelihatannya sedang makan, mulutnya masih mengunyah makanan.

Pemilik toko berkata dengan lantang, "Siapa yang hendak berutang?" 

Kasir menunjuk ke arah Emilia yang sedang membelakangi pemilik toko karena takut.

Pemilik toko, "Hei, kamu, Adik kecil, jangan membelakangi saya." 

Perlahan Emilia membalikkan badannya. 
Saat mata pemilik toko mengarah ke Emilia, seketika mengembang senyumannya. 

Tangan kekarnya meraih tubuh mungil Emilia, sambil tertawa lebar, pemilik toko itu berkata, "Rupanya kamu ya, Putri Bossana. Tentu saja kamu boleh berutang. Ayahmu itu selalu dapat dipercaya. Tidak ada keraguan dari diriku kepada ayahmu. Ambil saja barang lain, jika diperlukan. Jangan sungkan-sungkan."

Sungguh suatu berkah luar biasa bagi Emilia menjadi "Putri Bossana", dua kata keramat ini telah berhasil mengubah pandangan kasir dan orang sekelilingnya menjadi rasa hormat.

Pesan Moral dari cerita di atas: 

Sebelum kita menutup usia, alangkah mulianya jika kita meninggalkan reputasi dan nama baik buat keluarga tercinta.

Perbanyak berbuat baik, bijaksana dan jujur untuk menjaga kepercayaan orang terhadap kita.

Semua itu selain untuk menanam karma baik buat diri kita, sekaligus untuk nama baik yang kita dedikasikan untuk anak cucu. 

Janganlah kita mewariskan nama buruk yang kelak akan menjadi beban mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

"Marilah kita menjaga reputasi dan nama baik, sebab nama baik yang terjaga, akan jauh lebih berharga daripada segunung harta kekayaan."

._
@gW, 21072020

Posting Komentar

0 Komentar