Jenderal Naga Bonar

JENDERAL NAGA BONAR ...
(mantan pencopet dan preman di SUMUT).

Tahun 1987, ditayangkan film JENDERAL NAGA BONAR, merupakan kisah seorang mantan pencopet dan preman di Sumatra Utara (tepatnya di daerah TEMBUNG, DELI SERDANG), juga sering keluar masuk penjara Kempetai (Jepang, Nippon),  karena mencopet, merampok, berantem dengan tentara Jepang. NAGA BONAR  mengangkat dirinya sendiri jadi jenderal di masa perjuangan melawan penjajahan Belanda. Film ini dibintangi oleh Dedy Mizwar, Nurul Arifin, dll.

Jenderal Naga Bonar


Ketika itu (sekitar tahun 1942-1945) suka-suka membuat pangkat, asalkan ikut berjuang mengangkat senjata melawan Belanda.  Sekarang (sesudah RI merdeka 78 tahun) apakah boleh suka-suka mengangkat diri jadi Jenderal? Tentu tidak, karena udah dibuat aturannya.

Jenderal NAGA BONAR memang hebat, berhasil mengusir Belanda, walaupun hanya menggunakan senjata apa adanya (pistol, bambu runcing, senjata rampokan dari Belanda, dll).

Jenderal NAGA BONAR selalu berjuang di barisan depan, anak buahnya banyak yang mati di medan tempur, pasti NAGA BONAR bersedih ... dia melindungi bangsanya, bukan penculik bangsanya sendiri atau sebagai penghianat negara ....

Anak buahnya sangat patuh kepadanya, juga dia didampingi seorang istri yang cantik ... sayang istrinya meninggal dunia ketika melahirkan (partus), putranya lahir dengan selamat.

NAGA BONAR setia dan sangat sayang kepada istrinya, dia tak bercerai.

Apakah NAGA BONAR masih hidup? Tanyalah kepada Dedy Mizwar ... kayaknya NAGA BONAR jadi dua sekarang.

Jenderal NAGA BONAR, tidak mau diberi penghargaan, karena dia membela dan berjuang untuk negara dengan tulus dan jujur, agar anak cucunya MERDEKA!

Jenderal NAGA BONAR adalah pahlawan bangsa, tetapi pangkatnya sudah tak bisa naik lagi, sudah mentok bintang empat.

Kisah Jenderal Naga Bonar sebenarnya benar terjadi di masa perjuangan kemerdekaan  menurut masyarakat di daerah SUMUT. Sering diucapkan masyarakat Sumut: HORAS JENDERAL NAGA BONAR! kepada para veteran (pejuang kemerdekaan RI).


EWP, Medan, 28.02.24.


Posting Komentar

0 Komentar