TUHAN Itu Sederhana

Mohon maaf, saya ingin sekali share kejadian yang dialami teman di Semarang, sungguh indah, semoga berkenan. (maaf, agak panjang)

"Nuwun Sewu Gusti, Kulo Bade Resik-Resik ...."

Suatu hari di Semarang setelah kebetulan ikut misa katolik harian pagi, seperti biasa aku duduk di depan gua Bunda Maria ... setelah selesai berdoa aku cuma duduk berdiam aja di situ ...

Tiba-tiba aku tertarik melihat seorang wanita setengah baya. Kalau tidak bisa dikatakan sudah sepuh. Berjalan tertatih. sudah agak membungkuk dengan kemoceng di tangan dan serbet seadanya di pundaknya.

Sang wanita, datang menghampiri patung, dan berkata,

"Gusti Yesus ...
Gusti Maria ...
nyuwun sewu ...
kulo bade resik-resik."

"Gusti Yesus ...
Gusti Maria ...
mohon maaf (permisi) ...
saya mau bersih-bersih."

Aku tertegun dan secara tidak sadar tertarik dengan apa yang dilakukan si ibu.

Dengan perlahan (karena faktor umurnya mungkin) dia mulai membersihkan area sekitar gua. menghilangkan debu yang ada ... membersihkan sisa-sisa lelehan lilin ... mengganti karangan bunga yang sudah tampak layu.

Sekitar 1/2 jam berlalu, si ibu selesai melakukan pekerjaannya.
Sebelum meninggalkan tempat bekerjanya, si ibu berkata lagi,

"Gusti Yesus ...
Gusti Maria ...
sampun,
kulo sampun rampung ...
mugi-mugi berkenan.
Kulo badhe nyambut gawe,
nyuwun pangestune, nggih."

"Gusti Yesus ...
Gusti Maria ...
sudah,
saya sudah selesai ...
mudah-mudahan berkenan.
Saya mau bekerja,
minta restunya ..."

Sekali lagi aku terpana ...
doa yang sangat sederhana dari seorang yang juga sangat sederhana ... tapi semuanya mencerminkan kepasrahan yang sangat dalam buatku.
Aku tertarik ...
jiwa isengku kumat ...
aku ikuti si ibu.

Di halaman gereja yang juga bersebelahan dengan sebuah sekolah katolik yang cukup ternama di kota itu, ternyata beliau menggelar jualannya ... si ibu jualan nasi pecel.

Agak jauh aku terus perhatikan si ibu. Setelah beliau selesai dan siap berjualan. Langsung aku mendatanginya ...

Aku ingin tahu dia lebih jauh dan sekalian sarapan pikirku.

Basa basi sebentar dan sambil ‘nunggu pesanan aku coba ajak ‘ngobrol beliau.
(pakai bahasa indonesia saja ya. Biar tidak mumet, pakai bahasa Jawa)

"Memang biasa bersih-bersih di gereja ya Bu?"
"Iya Mas ... sudah terbiasa dari dahulu."

"Sudah berapa lama Bu?"
"Wah mas sejak gadis."

Wuih, sudah lama banget itu pasti pikirku ...
aku makin iseng untuk ingin tahu.

"Kok tadi tidak sekalian ikut misa pagi to Bu ...?
Dan aku kayanya tidak pernah liat Ibu selama ini ... misa"

Si ibu senyum.
sambil kasih nasi pecel pincu'an pesananku ...
sambil terus beliau ngomong.

"Saya muslim Mas ..."

Deg ... bengong aku dengarnya. Lama aku pegang tuh nasi pecel sambil bengong ngeliatin si ibu. Tidak karuan rasanya hati ini.

"Dari muda aku sudah jualan di tempat ini Mas, aku dapat rezeki di tempat ini ... kan tidak ada salahnya aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku pada Yang Punya Tempat Ini. Aku ga salah to Mas ...?"

Aku gelagapan ditanya begitu.

"Wah ya tidak to bu. Ibu hebat banget ... Ibu dibayar ...?
"Saya tidak pernah minta itu Mas. Saya ikhlas melakukannya ... sekedar menunjukkan rasa terima kasih saya. Tapi mungkin sekitar 5 tahun ini Romo (maringi) memberi saya Rp100.000,00 sebulan ...."

"Putra berapa Bu?
"3 Mas, 1 laki dan 2 perempuan, sudah selesai semua Mas ...."

"Maksud Ibu?"
"Yang perempuan dua-duanya sudah nikah dan hidupnya lumayan, yang laki 4 tahun lalu sudah lulus sekarang sudah kerja ...."

"Lulus apa Bu ... ???"
"Ekonomi mas ... sarjana. Tapiii... Mas, ibu enggak ngerti Mas masalah itu ... Apa itu ekonomi, sarjana. Yang penting mereka semua sudah bisa nguripi (menghidupkan) hidup mereka sendiri-sendiri. Saya sekarang tetap jualan karena memang ini yang cuma saya bisa Mas ... Tidak ingin ‘nganggur di rumah ...."

"Nyuwun sewu ... Bapak masih ada Bu ...???"
"Masih Bas, tuh mbecak ... mangkalnya juga di sini ..."

Aku bengong. Tidak bisa berkata-kata. ‘Nunduk sambil makan. Tiba-tiba si ibu ngomong lagi.

"Mungkin saya kelihatan aneh ya Mas ... saya muslim ... saya salat tapi saya masuk ke gereja, mungkin bahasa mas saya berdoa di sana ... saya sendiri tidak ngerasa berdoa di sana ... Saya cuma minta izin dan minta restu saja.

Tapi mungkin ini bisa buat Mas bawa pulang nanti, kalau Tuhan itu ada di mana-mana, dan Dia itu untuk siapa saja, tidak pernah membeda-bedakan. Manusia saja Mas yang senangnya membeda-bedakan. Maaf ya Mas, kalau saya salah ... maklum orang kecil dan bodoh saya ... tidak pernah nyicipin bangku-sekolah."

"Tidak bu. Ibu tidak salah ... Ibu hebat ...
Bahkan mungkin dari orang yang paling pintar sekali pun. Beruntung saya bisa ketemu ibu."

Aku tidak sanggup ngomong apa-apa lagi.

Setelah itu aku pamit ... aku jalan kaki pulang ke tempat aku tinggal dan hari itu tidak habis rasa kagumku pada si ibu. Dengan kesederhanaannya ... beliau mengajarkan aku dan menunjukkan aku satu hal yang sangat luar biasa.
- Hidup itu sederhana,
- orang beragama itu sederhana,
- IMAN itu sederhana
Dan SEDERHANA itu ya SEDERHANA ...
Apa adanya ...
- Tuhan ada di mana-mana,
- Tuhan ada buat semua orang,
- TUHAN itu sederhana
- Karena sederhana-Nya, maka Tuhan tidak ada batas agama ....
- Selama kita pasrah, berserah, percaya dengan tulus pada-Nya ...
Dan itu suatu hal yang sederhana

Dia pasti menunjukkan jalan Hidup yang tidak akan menyusahkan kita ...

_____
@grupWA, 20092018

Posting Komentar

0 Komentar